Masa depan Aset Kripto dan Blockchain Dalam Memenuhi Kebutuhan yang Tidak Pernah Usai Di Masa Mendatang
Masa depan Aset Kripto dan blockchain masih menuai tanda tanya bagi sebagian orang yang baru saja masuk perdagangan kripto dan blockchain, juga merupakan hal yang begitu asing bagi segelintir orang yang belum tahu menahu soal aset yang super duper misterius ini.
Seperti yang kita ketahui, perdagangan aset kripto mengalami peningkatan yang signifikan sejak tahun 2020, harga Bitcoin bertolak jauh dengan Dollar Index pada tahun tersebut. Sehingga bisa dikatakan sejarah yang gemilang dan sekaligus masa yang mencekam bagi sektoral saham dan mata uang fiat lainnya. Apalagi jika bukan karena berbondong-bondongnya aset saham beterbangan masuk ke dalam sarang barunya; aset kripto—dengan angka yang bisa dikatakan lumayan, bahkan mampu mendongkrak volume perdagangan yang sudah tak terbendung lagi.
Pada saat itulah, manusia mulai mengalami peningkatan pemahaman terhadap masa depan aset kripto dan blockchain, namun tidak sedikit hanya ikut-ikutan tanpa mendalami kedua hal tersebut. Padahal, aset kripto dan blockchain sangatlah fluktuatif, perdagangannya begitu aktif, dan tentu saja, risk dan return yang begitu tinggi. Jika tanpa dibekali dengan analisa fundamental yang kuat kemungkinan akan merasa merugi.
Meski begitu, jika sudah memahami betul masa depan aset kripto dan blockchain, maka orang akan terbiasa dan cenderung merasa aman dengan volatilitas market yang terjadi, alih-alih panik malah menjadikannya golden mean pada saat-saat tertentu.
Terlepas dari perdagangan, mari kita teropong, akan dibawa kemanakah masa depan Aset Kripto dan Blockchain ini?
Seperti kita ketahui, Bitcoin yang merupakan pioneer dalam teknologi blockchain tidak lepas akan kekurangan. Maka setelah Ethereum yang menjadi penambal pertama kekurangan pada sistem blockchain Bitcoin dengan menghadirkan smart contract, banyak sekali Blockchain baru yang berlomba-lomba menambal kekurangan Bitcoin dan Ethereum, yang kemudian menjadikannya keunggulan masing-masing; terutama dalam hal kecepatan, privasi serta keamanan.
Pada akhirnya, Kripto dan blockchain menjadi suatu aset penting yang diburu untuk diperdagangkan berdasarkan pertimbangan fundamental, market capital, teknologi dan kelangkaannya. Setiap orang selalu membayangkan return yang lebih tinggi berdasarkan asas supply and demand.
Seakan sadar bahwa aset kripto dan blockchain bukan hanya sekedar mata uang digital untuk diperdagangkan saja, NFT (non-fungible token) atau token yang tidak bisa ditukar pun hadir sebagai bagian dari Blockchain untuk memenuhi kebutuhan kehidupan di masa depan nanti. Namun diluar dugaan, seperti tancap gas, di masa sekarang pun NFT dengan kontras sudah mengubah pola penjualan dan pembiayaan dalam bentuk aset digital, dimana tentu saja pada awal meledaknya NFT sebagai alternatif kepemilikan aset fisikal, seniman sudah sangat diuntungkan berkat hilangnya pembajakan HAKI terhadap karya-karya orisinil mereka selama ini.
Namun kesadaran akan masa depan aset kripto dan blockchain dirasa belumlah cukup, karena bahkan sampai saat ini, masih banyak sekali dari kita tidak tahu bahwa meme Nyan Cat yang begitu lucu dan fenomenal sejak muncul di platform Youtube pada tahun 2011 lalu, ternyata menjadi salah satu token yang dijual senilai 300 ETH dalam bentuk NFT. Sedangkan di sektor karya seni musik, lagu Mike Shinodia, seorang vokalis Linkin Park pun turut dijual dalam bentuk NFT.
Artinya, NFT merupakan napas baru yang akan menghidupkan jagat karya seni yang sudah mendekati titik ajalnya karena perkembangan media justru menjadi titik penyebaran konten berhak cipta. Pada dasarnya, NFT adalah bukti atas kepemilikan suatu barang, dimana barang tersebut jumlahnya terbatas dan tidak bisa ditukarkan dengan jenis yang lain. Seperti Nyan Cat di atas, tidak ada NFT Nyan Cat yang lain, kecuali pemilik sebelumnya menjual kembali NFT Nyan Cat yang ia miliki.
Tidak berhenti disitu, NFT nyatanya bukan sekedar token yang merujuk terhadap karya seni semata, karena hingga saat ini, ciri dan jenis NFT sangatlah beragam, seperti Zilliqa, sebuah Blockchain yang berfokus terhadap NFT fans fanatik sepakbola, bayangkan saja jika Cristiano Ronaldo dapat menurunkan saham Coca-Cola hanya dengan mengger botolnya, bagaimana dengan Zilliqa? Dan rumor yang lebih baru, tulisan “HOLLYWOOD” di Los Angeles juga akan segera dijual dalam bentuk NFT.
Menarik sekali, tanpa kita sadari, ternyata begitu banyak Aset kripto dan blockchain yang memiliki fundamental bagus namun belum disadari oleh banyak pihak, mungkin saja karena keserakahan akan keuntungan yang maha instan, atau kemungkinan belum menyembul kuat ke permukaan atau justru rendahnya pemahaman terhadap fundamental, terutama dalam teknologi kuangan, project pendidikan dan masa depan yang lebih hijau.
Artinya apa? Masa depan aset kripto dan blockchain tidak akan pernah berhenti sampai titik tertentu saja, bahkan seorang fenomenal, Elon Musk, berambisi menjadikan Doge sebagai mata uang resmi di Mars nanti.
Lalu, siapkah kita untuk mengalami perubahan dahsyat tersebut?
Ya, tentu saja akan menjadi hal membingungkan bagi orang yang telah lahir 20 tahun lalu, tapi bagi generasi milenial dan generasi Z akan lebih cepat memahami bahwa Aset Kripto dan Blockchain dapat menjadi sistem pembayaran yang unik. Dimana tidak akan mengalami perubahan nilai dan inflasi, serta memiliki keunggulan dari segi keamanan, desentralisasi dan privasi.
Masa depan aset kripto dan Blockchain sebagai alat pembayaran semua transaksi di muka bumi ini mungkin saja terjadi, karena sampai sekarang, masing-masing blockchain akan terus berlomba-lomba menambal setiap kekurangan Blockchain yang sudah ada.
Glitch Protocol contohnya, sebuah DeFi baru yang (masih) berdiri di smart contract Ethereum, bertekad menjadi ekosistem pembayaran ke berbagai blockchain lainya dan menjembatani keuangan tradisional dengan kecepatan transaksi yang jauh lebih tinggi dan fee yang jauh lebih murah dengan memanfaat network effect dari sistem bagin hasil (revenue sharing). Dalam peluncuran mainet-nya di bulan nanti, Glitch DEX (GEX) akan resmi mengungguli DEX (Decentralized Exchange) dengan yang terdapat dalam ekosistem Ethereum dengan rendahnya slippage terutama berguna sangat penting untuk transaksi paus, dimana hingga saat ini DEX yang banyak digunakan untuk transaksi masih dikeluhkan soal waktu transaksi yang lama dan fee yang begitu mahal. Tetapi Glitch dengan GEX-nya mampu menangani minimum 3000 transaksi per detik, dan hadir dengan fee yang lebih murah. Ini adalah terobosan baru yang sulit untuk ditandingi oleh DeFi lainnya, Apalagi akan banyak sekali orang yang membutuhkan GEX (Glitch Decentralized Exchange) dalam ekosistem Glitch ini untuk setiap transaksi mereka, terutama bagi para whales. Selain itu, Glitch memiliki Interoperabilitas tinggi sehingga mampu menjadikan DApss pada DeFi menjadi kesatuan yang utuh dalam definisi DeFi yang sebenarnya.
Kembali ke topik sebelumnya, akankah masa depan Aset Kripto dan Blockchain menjadi alat transaksi pembayaran?
Ya, sangat mungkin sekali, bahkan sudah banyak vendor yang menerima pembayaran dengan Aset Kripto dan Blockchain, selain itu ada pula negara yang menjadi legal tender seperti El Salvador serta akan disusul oleh negara lainnya seperti Paraguay. Sekarang ini, media periklanan pun sudah ikut-ikutan tancap gas dalam menggunakan kripto, yang harus kita garis bawahi adalah; sudah banyak perusahaan besar dan terkenal yang menerapkannya, seperti CNN Indonesia, CNBC, dan P&G bahkan majalah Vogue.
Lantas apa teknologi Blockchain tersebut? Sehingga tampak menarik sekali untuk dipelajari.
Sebut saja Vidy, teknologi Blockchain Vidy inilah yang ternyata lebih dari sekedar pembayaran iklan di jaringan mereka, teknologi Kripto dan Blockchainnya justru mampu mengubah iklan yang dulunya begitu menyebalkan menjadi lebih friendly dan malah membuat rasa penasaran untuk kita melihat iklan mereka. Double jackpot, bukan?
Tetapi, jika menilik persoalan sekarang, dalam waktu dekat ini kemungkinan besar aset kripto dan blockchain hanya akan menjadi alat transaksi pembayaran sesuatu yang begitu mahal dan berharga, mengingat Kripto dan Blockchain dapat menangani transaksi sebesar apapun dan akan selalu diikuti dengan fluktuasi yang sangat tinggi. Rupanya masih banyak pula perusahaan yang takut untuk menerima kripto dengan alasan tersebut, padahal fluktuasi yang tinggi justru dapat menguntungkan dengan disertai volume perdagangan yang tinggi tentunya. Selain itu, setiap negara memiliki mata uang tersendiri yang terikat undang-undang. Maka, kesempatan untuk menjadi mata uang utama secara global dalam waktu dekat masih kecil kemungkinan dapat terwujudkan.
Dalam memecahkan masalah krusial tersebut, hadirlah Stable Coin.
Stable Coin inilah yang menjadi bentuk digital dari mata uang fiat, tentu saja tidak mengalami fluktuasi, menyebabkan inflasi dan harga yang selalu mengikuti mata uang fiat sesuai bank sentral Stable Coin itu sendiri. Sebagai contoh: USD memiliki Stable Coin yang bernama USDT, dimana nilainya memiliki rasio 1:1 dengan mata uang fiatnya, sedangkan Indonesia memiliki dua Stable Coin, salah satunya adalah IDK yang senilai dengan Rp, 1000 setiap kepingnya.
Stable Coin memang tidak diciptakan sebagai aset yang akan mengalami kenaikan berdasarkan volume transaksi dan kelangkaan, karena Stable Coin memiliki fungsi untuk menggantikan pembayaran transaksi maupun menyimpan uang dalam bentuk digital seperti halnya rekening tanpa biaya administrasi; mengalami kerusakan; ataupun hilang selama wallet masih dikuasai penuh oleh pemiliknya.
Selain itu, Stable Coin selalu diaudit oleh seorang audit terkemuka yang ditunjuk oleh masing-masing negara, maka peredaran Stable Coin akan selalu diawasi agar selalu sama dengan peredaraan yang ada di bank sentral, supaya tidak terjadi perubahan nilai dan inflasi.
Lalu apa keuntungan dari Stable Coin jika tidak mengalami fluktuasi?
Banyak orang yang meremehkan keuntungan dari penggunaan Stable Coin, namun tidak sedikit yang mengerti bahwa Stable Coin begitu penting keberadaannya.
Mari kita berikan satu contoh kasus:
Seorang ibu akan mentransfer uang sebesar lima juta rupiah untuk anaknya di Amerika Serikat, tentu saja untuk mentransfer uang ke luar negeri seperti itu akan memerlukan waktu berhari-hari dan akan dikenakan biaya transfer sebesar 25 USD jika melalui transfer bank.
Tetapi, jika ibu tersebut membeli IDK yang telah tersedia di Indodax sebesar lima juta rupiah. Maka ibu tersebut dapat mengirimkan lima ribu keping IDK dengan biaya sebanyak Rp, 25.000 ke belahan dunia manapun dalam waktu kurang dari dua puluh menit melalui dompet IDK di Indodax.
Penghematan biaya dan pemangkasan waktu merupakan keunggulan dari Stable Coin dibandingkan mata uang fiat, selain itu keunggulan utama adalah nilai tukar terhadap mata uang fiat itu sendiri; tidak akan berubah. Dalam kasus di atas, anak dari ibu tersebut akan menerima sebanyak 4.975 keping IDK yang dapat ditukar kembali dengan mata uang fiat Rp, 4.975.000 di Indodax. Artinya ibu tersebut telah menghemat Rp, 200.000 lebih dibandingkan dengan transaksi konvensional.
Pada akhirnya, masa depan Aset Kripto dan Blockchain seperti Stable Coin akan menjadi solusi utama dari masalah perbankan saat ini bagi negara seperti Indonesia, terlebih akan banyak sekali penggunaan Stable Coin untuk transaksi pembayaran di merchant-merchant online maupun offline di masa mendatang. Tetapi pada kenyataannya, baru-baru ini Bank Sentral Indonesia (BI) justru akan mengeluarkan mata uang rupiah dalam bentuk digital. Padahal, sudah ada IDK dan penulis berharap bisa membeli segelas kopi Janji Jiwa dengan IDK beberapa waktu kedepan nanti.
Baiklah, jika menjadi alat pembayaran utama secara global belumlah begitu meyakinkan. Akankah, tiket first class maskapai penerbangan di seluruh dunia dapat menerima aset kripto dan blockchain sebagai pembayaran? Atau justru setiap maskapai akan memiliki NFT masing-masing untuk setiap kursi first class atau penerbangan khusus?
Tidak ada yang tidak mungkin!
Jawabannya hanya masalah waktu. Sebab, sebelum Elon Musk mengumumkan bisa membeli Tesla dengan Bitcoin, Lamborghini secara berkomitmen lebih dulu menyatakan sudah bisa dibeli dengan Bitcoin melalui situs Wenlambo. Itu artinya masih banyak peluang, sebab perusahaan dunia sudah mulai menyadari bahwa masa depan Aset Kripto dan Blockchain patut diapresiasi lebih dari sekedar koin.
Mari kita membaca rumor dan situasi yang sedang berkembang, apalagi sebuah rumor yang sedang hangat-hangatnya menyeruak pada 27 Mei 2021 terakhir, Apple dan Paypall akan memulai babak baru dalam dunia Kripto. Tentu saja kita sudah bisa membayangkan membeli iPhone dan Macbook terbaru dengan beberapa Kripto yang kita memiliki atau justru berbelanja dengan Paypall namun membayarnya dengan Kripto bukan USD lagi.
Bayangan masa depan Crypto bukan hanya sampai disitu saja, kita bisa saja mendaratkan kaki di Mars dengan Kripto sebagai biaya perjalanan dengan roket Spacex nantinya.
Lebih mengejutkannya lagi, berdasarkan opini penulis pribadi, prangko yang selama ini sudah ditinggalkan penggunanya, akan dijual dan bersinar kembali dalam bentuk NFT, bukan tidak mungkin, setiap pelelangan barang langka pun akan menggunakan Blockchain NFT dalam sistem bid kepemilikannya di masa depan nanti.
Kesimpulannya, meskipun Aset Kripto dan Blockchain menuai isu pro dan kontra, banyak sisi positif yang seharusnya menjadi pertimbangan bahwa masa depan Aset Kripto dan Blockchain sangat dibutuhkan berbagai kalangan di berbagai sektor, seperti pendidikan, periklanan, penelitian, industri, seni, serta usaha dalam pengurangan emisi di muka bumi ini. Hanya tinggal masalah adaptasi dan regulasi di masing-masing negara yang sudah siap menyambut kemajuan besar ini.
Penulis : Ziendy Zizaziany
Email : zzyputra26@gmail.com